Senin, 07 Februari 2011

MUNGKIN HANYA 1 DIANTARA 10.000


BERBAGI ILMU kali ini akan membagikan sebuah foto yang bisa kita ambil banyak pelajaran dari foto tersebut.

Pernahkah kita membayangkan zaman sekarang ada siswa SMA yang pergi ke sekolah dengan naik sepeda onthel sambil membawa jualannya - bakso cilok-, yang kemudian ia jual di sekolahnya waktu istirahat?

Gambar di bawah ini bukan rekayasa, bukan seorang artis yang lagi memerankan sebuah sinetron mengenai seorang siswa yang berjuang untuk membiayai sekolah dengan usahanya sendiri. Bukan pula reality show yang mengekspoitasi kemiskinan demi kekayaan PH. TIDAAAAAAAAAK.
IT’S RIIL BUKAN GOMBIL, IT’S FACT BUKAN HOAX.

Foto diatas diambil oleh teman saya di jalan Sukowati Sragen, pada tanggal 7 Februari 2011, ketika ia akan berangkat sekolah. Nama siswa itu adalah Toyib, ia sekolah di SMK Sukowati Sragen.
Kalo yang bekerja membantu orang tua sepulang sekolah atau jualan sehabis pulang sekolah mungkin banyak tunggale. Tapi yang sekolah sambil bekerja, pergi ke sekolah naik sepeda, membawa bakso cilok, mungkin hanya 1 diantara 10.000.Ya pemuda ini orangnya

Foto diatas juga mengingatkan saya akan Tamu Kita di Majalah Ummi bulan Februari tahun 2011 ini. Namanya Muchadist Ramadhan. Di umur dia yang baru 23 tahun telah menjadi pengusaha yang sukses. Sebuah prestasi yang jauh melesat meninggalkan pencapaian kebanyakan pemuda seusianya.
Di usia yang belum genap 25 tahun, ia telah menjadi Direktur Marketing sekaligus pendiri dan pemilik bimbingan belajar (bimbel) Solusi, pemilik rumah makan RestDoor, pemilik Bandung Collection House (B’Cos).
Coba tebak apa yang dilakukan Muchadits Ramadhan ini ketika ia duduk di bangku sekolah? 
Yap benar sekali.
Ia telah merintis jiwa bisnisnya tersebut sejak ia kecil. Kondisi keluarga yang minim memaksa ia memutar otak untuk meringankan beban orang tuanya. Maka, sejak kelas 2 SD bocah pendiam dan pemalu ini memulai “karier” sebagai penjual donat. Ia biasa menjajakan donat buatan ibunya itu di depan kelas sewaktu istirahat. (Mirip sekali dengan cerita Toyip diatas)
Pemikiran Muchadits kecil saat itu cukup cerdas. “Kalau teman-teman berpikir bagaimana bisa menghabiskan uang jajan, saya malah berpikir bagaimana saya bisa mendapatkan uang jajan mereka dengan berjualan”.
Dalam seminggu ia bisa mengumpulkan uang Rp 50 ribu. Uang itu lantas diberikan kepada orang tuanya.
Selain donat, ia juga berjualan buah, kelereng, gambaran, dan petasan. Jiwa wirausaha terus ia asah. Saat SMP, sulung dari 3 bersaudara ini berdagang roti goreng keliling gang. Di SMA segala rupa ia jual (tapi tidak termasuk harga diri). Mulai dari madu, habbatussauda, minyak zaitun, CD edukasi interaktif, obat herbal, baju, hewan qurban, dan lainnya. Kisah selengkapnya bisa dibaca di Majalah UMMI edisi bulan Februari 2011.


TERAKHIR:
Nggak usah banyak komentar pasti kita semua salut dengan Bang Toyip yang satu ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar